Akhiri Daurah, Ini Enam Wasiat Syekh Mustafa Abd al-Nabi kepada Mahasantri

Mahasantri Ma’had Aly MUDI baru saja selesai mengikuti daurah Adab al-Bahts wa al-Munadharah bersama Syekh Mustafa Abd al-Nabi selama 4 hari (6-9 Agustus 2022). Sebelum memberi ijazah kitab yang dikaji, Syekh Mustafa memberi enam wasiat di hadapan 300-an mahasantri dan Asatiz Ma’had Aly MUDI. Wasiat ini penting disimak bagi pelajar agar mendapat keberhasilan dalam belajarnya.

Pertama, seharusnya bagi pelajar untuk melakukan tahdhir al-durus sebelum belajar bersama guru. Tahdhir al-durus adalah membaca terlebih dahulu teks yang akan guru baca di majelis ilmu. Hendaknya murid membaca teks tersebut dengan perlahan dan tenang.

Tahdhir al-Durus bertujuan agar murid mencoba memahami terlebih dahulu teks sebelum guru membacanya. Jika murid menemukan bagian yang sulit dipahami saat membaca sendiri, ia akan fokus melihat bagian itu saat belajar.

Jika pemahamannya keliru dengan apa yang disampaikan guru, dirinya dapat bertanya alasan kiranya bagaimana guru memberi penjelasan semacam itu. Hingga pada akhirnya murid dapat memperoleh pemahaman yang benar juga merasa puas ketika sebelumnya teks masih kurang jelas dipahami.

Kedua, Hudhur al-majlis. Yaitu hendaknya murid menghadiri majelis ilmu tidak mendengar rekaman. Syekh menyebut banyak murid kadang tidak memahami ilmu pada awal hingga majelis berakhir. Namun dengan keberkahan menghadiri mejelis ilmu, ia akhirnya mendapat futuh dan pemahaman yang baik.

ketiga, murajaah qabl naum (mengulang pelajaran sebelum tidur). Hendaknya murid mengulang pelajaran mereka sebelum tidur paling kurang 3 kali. Karena belajar tanpa mengulang sebelum tidurnya sama saja dengan tidak belajar.

Keempat, muthalaah (memperdalam ilmu). Hal ini dilakukan sesuai petunjuk guru. Karena guru mengetahui kitab yang pas dan cocok dibaca oleh muridnya. Hendaknya murid tidak sombong dengan dirinya dan merasa lebih tau. Ia juga tidak boleh tergesa-gesa dalam belajar.

Kelima, kitabah. Yaitu menulis pelajaran yang didengar dari guru adakalanya dengan membuat ringkasan, syarahan dan lain-lain sesuai kemampuannya dalam menulis. Menulis hendaknya dilakukan dengan bahasa ilmu yaitu bahasa Arab. Banyak orang Asia memiliki ilmu yang dalam tetapi sulit mengungkapkan atau menulis dengan bahasa Arab. Ilmu yang disampaikan dengan bahasa Arab mengandung makna yang kuat, jika tidak maka ilmu akan semakin melemah.

Keenam, mudarasah. Yaitu saling berbagi ilmu bersama teman. Bincang ilmu yang didengar dari guru dalam mejelis agar semakin melekat dalam hati. Ini sangat penting dilakukan oleh murid agar ilmunya tidak mudah lupa. Bahkan jika tidak ada satu teman pun yang mau mendengar maka berbicaralah dengan dinding. Kata Syekh seraya diikuti tawa mahasantri.

Inilah enam wasiat yang disampaikan oleh Syekh Mustafa Abd al-Nabi saat akan mengakhiri daurah bersama mahasantri. Kata beliau, amalkan keenam perkara itu agar menjadi malakah atau sifat yang melekat dalam jiwa!

Share

Add Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *