Direktur Jenderal Pendidikan Islam bekerja sama dengan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) dan Dayah MUDI menyelenggarakan seminar Halaqah Nasional Fikih Peradaban (Fikih Siyasah dan Peradaban Bangsa) di Dayah MUDI, Sabtu, (31/12/22).
Lima pemateri dihadirkan dalam kegiatan ini yaitu pertama Dr. Tgk. Muntasir A Kadir, MA (juga merangkap sebagai moderator acara), kedua Dr. Imam Nane’i, M.H.I sebagai pemateri utama, ketiga Ayah H. M. Yusuf Jeunieb, keempat Dr. Tgk. H. Helmi, MA, dan terakhir Abu H. Faisal Ali.
Wadir III Dayah MUDI, Aba Said Mahyeddin TMS mengawali kegiatan dengan membuka acara di hadapan 100 peserta terdiri dari alumni Dayah MUDI, mahasantri dan partisipan.
Dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kegiatan supaya peserta dapat menebarkan kesepahaman untuk membangun harmonisasi antar umat beragama sebagaimana teladan Rasulullah pada era Mekkah dan Madinah dahulu. Di mana Rasul bertasamuh kepada mereka yang belum percaya kepada Allah dan Rasulnya, seraya menyebarkan dakwah mengajak kepada Islam.
Aba melanjutkan bahwa halaqah yang berlangsung ini menjadi istimewa karena berlangsung bertepatan dengan peringatan haul Abon.
Jika menilik ulang historis kita akan mendapati Abon adalah sosok yang tegas mempertahankan ahlussunnah wal jamaah. Karena paham ini paling moderat sehingga tidak melahirkan paham ekstrimis dan inteoleran yang berakibat kepada terjadinya perang saudara sebagaimana di sebagian negara-negara lain.
Paham Aswaja telah berkontribusi melanggengkan persatuan di Indonesia melalui paham washatiyahnya melalui ulama-ulama yang membendung masyarakat dari ajaran menyimpang dan paham radikal.
Pada akhir sambutan Aba berharap kegiatan ini dapat menguatkan semangat kebangsaan dalam kehidupan sebagai warga negara bangsa. Juga dapat dirumuskan metode fikih merespons isu-isu berhubungan kaum muslimin dalam konteks berbangsa dan bertanah air.