Abina Abdul Muhaimin, S.Sos, M.H, selaku Wakil Direktur Marhalah Tsaniyah (M2) Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga menjadi narasumber acara review kurikulum Ma’had Aly beserta seluruh jajaran dosen pengasuh di Aula Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga pada Selasa, (19/11/24).
Acara review ini dijadikan sebagai forum evaluasi dan melihat perkembangan mahasantri yang bertujuan untuk sinkronisasi program pembelajaran agar meningkatnya kualitas dan mutu para mahasantri.
Pada acara review kurikulum Ma’had Aly yang digelar di Aula Ma’had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga, Abina Abdul Muhaimin, S.Sos, M.H, Wakil Direktur Marhalah Tsaniyah Ma’had Aly MUDI menegaskan bahwa pentingnya integrasi kurikulum umum ke dalam sistem kurikulum pesantren. Beliau menyampaikan bahwa pendekatan ini menjadi kebutuhan mendesak untuk menghadirkan pendidikan pesantren yang tidak hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman.
Beliau memaparkan bahwa di samping menjadi tugas utama profesional dalam dunia keilmuan Islam, namun perkembangan zaman harus bisa dihadapi dan mampu mengoperasikan perangkat yang ada sesuai dengan kebutuhan. Maka dalam hal ini, beliau begitu menekankan pentingnya pelajaran multidisipliner bagi mahasantri agar siap menghadapi perkembangan dan tantangan zaman.
Salah satu poin utama yang dibahas dalam acara tersebut adalah penerapan penelitian sebagai model pembelajaran wajib dalam perkuliahan di Ma’had Aly. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi analitis dan kritis para santri, sehingga mereka mampu memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan keilmuan agama dan ilmu pengetahuan secara bersamaan.
Sebagaimana yang diketahui santri dan mahasantri yang notabene nya kitab klasik harus mampu mengeksplorasikan keilmuan yang ada dan diintegrasikan dengan konsep-konsep yang dikembangkan oleh para ilmuan-ilmuan dan pakar dalam berbagai bidang.
“Integrasi kurikulum ini adalah kunci untuk mencetak generasi santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki wawasan keilmuan umum yang luas. Pesantren harus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern tanpa kehilangan esensi tradisinya,” ujar Abina Abdul Muhaimin.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa penelitian sebagai model pembelajaran wajib akan dirancang untuk melibatkan santri dalam memecahkan masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, santri tidak hanya belajar teori, tetapi juga mampu menerapkan pengetahuan mereka secara praktis untuk memberikan solusi atas berbagai persoalan sosial dan agama.
Diskusi yang berlangsung dalam acara review kurikulum Ma’had Aly ini menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, seperti penyesuaian mata kuliah untuk memasukkan pendekatan interdisipliner dan penguatan kapasitas penelitian mahasantri.
Langkah integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pesantren dan menjadikannya lembaga yang tidak hanya berorientasi pada penguatan keilmuan Islam, tetapi juga siap mencetak generasi santri yang mampu bersaing di tingkat global. Dengan adanya inovasi seperti ini, pesantren diyakini akan tetap relevan sebagai pusat pendidikan yang memadukan tradisi dan modernitas.