DAURAH METODE MENULIS KITAB KUNING RESMI DIBUKA

Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Bapak Zahrol Fajri, S.Ag., MH baru saja membuka daurah pelatihan metode menulis kitab kuning kepada mahasantri Ma’had Aly MUDI, (Jum’at, 13/05/22). Mulai hari ini hingga empat hari mendatang, mahasantri Ma’had Aly MUDI akan mengikuti metode menulis kitab kuning melalui kitab Ta’rif al-Muhaqqiqin bi Mahahij Syurrah wa al-Muhasysyin wa al-Mu’alliqin langsung dengan mushannifnya, Kyai Asep Jaelani.

Ikut hadir dalam acara pembukaan, Mudir Ma’had Aly MUDI, Aby Zahrul Mubarrak HB, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Bapak Zahrol Fajri, S.Ag., Naib Mudir Ma’had Aly MUDI, Aba H. Helmi Imran, MA Kadis dayah Kabupaten Bireuen, Rektor IAIA Al-Aziziyah, Dr. Tgk. Muntasir, MA, para dosen Ma’had Aly MUDI dan tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Mudir Ma’had Aly MUDI, Aby Zahrul Mubarrak HB, M.Pd menyampaikan bahwa karya ulama-ulama terdahulu masih terasa bermanfaat dan keberkahannya hingga kini sebagai khazanah keilmuan yang begitu berharga bagi umat Islam. Kita melihat banyak mazhab telah punah karena tidak terkodifikasi dengan baik. Oleh sebab itu pelatihan ini sangat bermanfaat agar para mahasantri dapat mengikuti jejak ulama terdahulu dalam mendokumentasikan buah pikiran dalam bentuk karya agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Imam Subki pernah berkata dalam satu maqulatnya, “Seorang alim, meskipun luas bekal ilmunya, dan jelas manfaat, manfaat itu hanya terbatas semasa hidupnya, selama dia tidak mengarang satu kitab yang akan diwariskan kepada orang setelahnya yang dapat diambil manfaat oleh muridnya.”

Di akhir sambutannya Aby mengucapkan terimakasih kepada Kyai Asep karena telah bersedia hadir. Keinginan mengadakan kegiatan ini sebenarnya telah lama semenjak beberapa tahun lalu. Namun baru dapat tersampaikan hari ini.

Aby juga berharap produktifitas Kyai dapat menular kepada para dosen dan mahasantri sehingga lahir kader penulis baru yang akan mewarnai dunia pendidikan Islam. Meskipun saat ini telah banyak kitab yang sudah dikarang, tetapi tetap masih diperlukan kitab-kitab baru.

Pada kesempatan ini Naib Mudir Ma’had Aly MUDI, Aba H. Helmi Imran, MA ikut memberi sambutan dan motivasi kepada para pesera. Beliau menyampaikan pentingnya sebuah metodologi dalam menyelesaikan sebuah naskah ilmiah. Mengaplikasikan sesuatu tanpa metode akan tidak tepat sasaran. Beliau sangat mengapresiasikan rampungnya kitab terbaru karya Kyai Asep ini.


Beliau menyimpulkan bahwa setelah mengamati kitab ini, pasti penulisnya adalah seseorang yang sangat profesional di bidangnya. Waktu beliau menyusun kitab ini hanya selama 4 bulan 7 hari mulai 19 Jumadil Awal 26 Ramadhan 1443. Bisa dikatakan umur kitab itu baru 15 hari dan masih sangat ‘perawan.’

Aba juga menyampaikan bahwa ini merupakan momen yang langka. Jika sebelumnya kita belajar kitab bersama guru hanya menerka-nerka maksud mushannif lewat karya mereka, tetapi saat ini para peserta dapat belajar langsung kepada mushannif. Maka dapat dipastikan potensi kesalahan tidak akan ada. Aba berharap agar para peserta dapat belajar secara tekun dan berinteraksi secara aktif kepada mushannif.

Selanjutnya, Kyai Asep Jaelani menyebut sinopsis dan latar belakang penulisan karya terbarunya itu. Beliau mengungkapkan bahwa Aby MUDI sebenarnya wasilah utama terselesaikan kitab ini. Sejak beberapa tahun lalu, dirinya telah diminta oleh Aby dan beberapa guru di MUDI untuk berkenan memberi bimbingan kepenulisan bahasa Arab kepada mahasantri, hanya saja ketika itu ia belum berkenan hadir musabab belum ada materi khusus. Barulah setelah menyelesaikan kitab ini, Kyai Asep mengonfirmasi akan berhadir.

Dalam bayangan pertama, beliau akan menulis tidak sampai 200 halaman. Setelah menjalani satu bulan beliau menemukan keasyikan juga kendala. Keasyikan karena menemukan ilmu baru dan terkendala karena menulis satu tema yang belum ada yang mendahuluinya. Setelah melakukan penelusuran, Kyai Asep menyimpulkan bahwa kitab yang ditulisnya membahas tema yang baru. Beliau memang pernah mendapati kitab berjudul al-Maslak al-Lathif fi Masalik al-Ta`lif dan berharap di dalamnya menemukan metode kepenulisan yang lengkap, tetapi setelah mempelajarinya beliau tidak menemukan maksud yang dicari. Sehingga akhirnya meyakini bahwa kitab Ta’rif al-Muhaqqiqin bi Mahahij Syurrah wa al-Muhasysyin wa al-Mu’alliqin adalah kitab dengan tema yang baru membahas metode kepenulisan syarh, hasyiah dan ta’liqat.

Sebagaimana judulnya, kitab ini berisi wadhifah (tugas) penulis syarh (penjelasan), hasyiah (uraian) dan ta’liqat (catatan kaki). Secara keseluruhan, ada 60 tugas yang dikupas melalui kitab ini. Walaupun begitu, beliau mengungkap bahwa selain 60 tugas itu masih ada tugas-tugas lain. namun 60 tugas itu setidaknya sudah cukup sebagai bekal bagi para pensyarih, pembuat hasyiah dan ta’liq untuk mengerjakan tugas mereka menyelesaikan satu naskah kitab.

Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Bapak Zahrol Fajri, S.Ag., MH menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah upaya melestarikan ilmu. Inisiatif kegiatan ini perlu diapresiasi. Perlu adanya tawaran yang mudah menimbang masyarakat masa ini membutuhkan sesuatu yang praktis dan mudah. Atas nama pemerintah Aceh melalui akan terus dikembangkan program kegiatan yang lebih banyak untuk dapat melakukan praktik nyata dalam keilmuan. Bapak kadis juga berharap setelah kedatangan ini, Kyai Asep tidak jenuh untuk sering datang kembali ke Aceh, bahkan harapnya dapat menjadi warga Aceh. Acara diakhiri dengan pembacaan doa oleh Walidi H. Sulaiman Hasan Pante Raja

[learn_press_profile]

Share

Add Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *